Strategi Pemerintah Gandeng Eksportir dan Daya Beli Masyarakat Hadapi Tarif Impor 32 Persen -->

Header Menu

Strategi Pemerintah Gandeng Eksportir dan Daya Beli Masyarakat Hadapi Tarif Impor 32 Persen

Jurnalkitaplus
05/04/25


Presiden AS Donald Trump menunjukkan perintah eksekutif penerapan tarif di Rose Garden Gedung Putih, Rabu (2/4/2025). (Jim Lo Scalzo/EPA/Bloomberg)

Amerika Serikat pada 9 April mendatang akan memberlakukan tarif impor sebesar 32% untuk produk-produk dari Indonesia. Merespon situasi ini, Kantor Komunikasi Kepresidenan mengatakan bahwa Presiden Prabowo Subianto sudah mengantongi beberapa taktik menghadapi kebijakan Presiden AS Donald Trump.

Deputi Bidang Desiminasi dan Media Informasi Kantor Komunikasi Kepresidenan Naudi Valdriano, Kompas melaporkan (4/4/2025) menjelaskan bahwa Indonesia memiliki tiga macam strategi untuk mempertahankan geliat perekonomian nasional, di antaranya sebagai berikut: 

1. Memperluas mitra dagang
Sejak pelantikannya Presiden Prabowo Subianto gencar rakit kerja sama perdagangan dengan berbagai negara. Indonesia telah menandatangani perjanjian Regional Comprehensive Economic Partnership atau RCAP yang melibatkan negara-negara ASEAN, seperti Jepang, Cina, Korea Selatan, hingga Australia.

Selain itu, keanggotaan Indonesia di BRICS (organisasi kerja sama ekonomi antarpemerintah beranggotakan Brasil, Rusia, India, China, dan Afrika Selatan) juga diupayakan untuk mengurangi ketergantungan terhadap pasar AS, terutama memperkuat berbagai perjanjian dagang multilateral. 

2. Mempercepat hilirisasi sumber daya alam
Melalui Badan Pengelola Investasi atau BPI Danantara, pemerintah memiliki target mempercepat hilirisasi sumber daya alam dan meningkatkan nilai tambahnya. Proyek hilirisasi ini menyasar sektor minyak, mineral, gas bumi, hingga perkebunan dengan harapan produk Indonesia memiliki daya saing lebih kuat di pasar internasional.

3. Meningkatkan daya beli masyarakat
Pemerintah juga akan memperkuat daya beli masyarakat melalui sejumlah program yang fokus ke kesejahteraan, di antaranya program makan bergizi gratis dan pembentukan 80.000 unit koperasi Desa Merah Putih untuk merangkul ekonomi pedesaan. 

Tarif yang lebih tinggi berpotensi membuat harga produk Indonesia di pasar AS menjadi kurang kompetitif, sehingga menurunkan permintaan dan pendapatan eksportir. Sektor yang paling terdampak adalah industri ekspor, seperti otomotif, besi baja, kosmetik, dan produk elektronik. Strategi-strategi di atas diharapkan mampu menyokong perekonomian nasional di tengah tekanan global seperti tarif impor 32% yang diterapkan Amerika Serikat. (ALR-26)