ASMINDO Siap Berkolaborasi Bangun Ekosistem Kuat Industri Mebel Nasional -->

Header Menu

ASMINDO Siap Berkolaborasi Bangun Ekosistem Kuat Industri Mebel Nasional

Jurnalkitaplus
06/04/25

Gambar bbc

Jakarta – Ketua Umum Asosiasi Mebel dan Kerajinan Indonesia (ASMINDO), Dedy Rochimat, menegaskan kesiapan pihaknya untuk duduk bersama pemerintah dan asosiasi industri lainnya dalam merumuskan kebijakan nyata demi memperkuat ekosistem industri mebel dan kerajinan nasional. Ia menekankan bahwa kolaborasi lintas sektor dibutuhkan guna membangun industri yang tangguh dan kompetitif.

Menurut Dedy, seperti dilansir dari CNBC, ekosistem industri yang kuat tak bisa lepas dari penegakan hukum yang adil dan konsisten. Pemerintah dan aparat penegak hukum perlu bersikap tegas namun tetap dalam koridor hukum, demi menciptakan kepastian hukum bagi pelaku usaha nasional.

ASMINDO juga mendorong peningkatan daya saing industri mebel melalui pendidikan vokasi, peningkatan kualitas produk, desain, teknologi, hingga penggunaan bahan baku yang kompetitif. Semua itu, menurut Dedy, harus berada dalam satu payung kebijakan yang komprehensif agar menciptakan iklim usaha yang sehat, khususnya bagi Industri Kecil dan Menengah (IKM).

Dukungan lain yang diperlukan mencakup insentif dan fasilitasi bagi industri padat karya, perbaikan sistem perizinan investasi yang ramah, serta peningkatan belanja pemerintah untuk produk dalam negeri. Dedy menilai optimalisasi komponen lokal dan penguatan kebijakan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) penting dalam mengurangi dominasi impor ilegal yang merugikan industri nasional.

Menanggapi kebijakan tarif proteksionis Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, yang berpotensi menurunkan ekspor mebel Indonesia, Dedy menegaskan perlunya langkah antisipatif. Salah satunya dengan memperluas akses pasar ke negara-negara non-tradisional serta memperkuat diplomasi ekonomi untuk mengurangi hambatan dagang di pasar tradisional seperti AS dan Uni Eropa.

Meski ekspor ke AS menyumbang 60% dari total ekspor mebel Indonesia yang mencapai US$ 2,2 miliar atau Rp 36,42 triliun, ASMINDO mengajak semua pihak untuk tetap bersikap bijak dan tidak reaktif. Pemerintah juga disarankan meninjau ulang tarif impor dari AS sebagai langkah responsif namun tetap menjaga hubungan bilateral.

Dedy juga memperingatkan soal risiko penurunan utilitas industri akibat kebijakan tarif tersebut, yang berimbas langsung pada pengurangan tenaga kerja. Hal ini dikhawatirkan akan mengganggu kelangsungan industri mebel nasional yang kini tengah berupaya pulih dan tumbuh. (FG12)