Sindrom Bebek: Ketika Kelas Menengah Terjebak Ilusi Kemapanan -->

Header Menu

Sindrom Bebek: Ketika Kelas Menengah Terjebak Ilusi Kemapanan

Jurnalkitaplus
27/03/25

Gambar hanya illustrasi | AI


Pernah melihat bebek mengapung di permukaan air? Tenang, anggun, seolah-olah tanpa usaha. Tapi jika melihat di bawah permukaan, kakinya bergerak panik agar tetap bertahan. Itulah gambaran dari duck syndrome atau sindrom bebek.


Istilah ini pertama kali diperkenalkan oleh Universitas Stanford untuk menggambarkan mahasiswa yang tampak sukses dan tenang, padahal mereka mengalami tekanan berat di balik layar. Fenomena ini tidak hanya terjadi di lingkungan akademik, tetapi juga di dunia nyata, terutama dalam kehidupan kelas menengah Indonesia.


Di era modern, banyak orang yang berusaha menjaga citra "baik-baik saja" di media sosial atau lingkungan kerja, meskipun di balik layar mereka bergulat dengan beban ekonomi yang semakin berat. Mereka berusaha terlihat sukses, tetapi di dalam hati, mereka sedang bertahan dengan berbagai cara, termasuk utang.


Fenomena Sindrom Bebek di Kelas Menengah


Kelas menengah di Indonesia kini berada dalam dilema besar. Pengeluaran mereka naik drastis dalam lima tahun terakhir, tetapi kenaikan upah tidak sepadan. Banyak yang tetap berusaha menjaga gaya hidup dan ekspektasi sosial, meskipun kenyataannya kondisi ekonomi mereka semakin menekan.


Hal ini diperparah dengan tekanan media sosial yang membuat banyak orang merasa harus tampil sempurna. Foto liburan, pakaian mahal, gaya hidup mewah menjadi standar yang seolah wajib diikuti. Akhirnya, banyak dari mereka yang terjebak dalam ilusi kemapanan, meski sebenarnya keuangan mereka sudah di ujung tanduk.


Penyebab Tekanan Ekonomi pada Kelas Menengah


1. Kenaikan Biaya Hidup Tanpa Kenaikan Upah yang Memadai

Dalam lima tahun terakhir, pengeluaran kelas menengah melonjak 142 persen, tetapi upah riil justru turun. Di sektor manufaktur, upah riil turun 13,7 persen, sementara di sektor perdagangan dan jasa turun hingga 17 persen. Artinya, banyak orang yang harus bekerja lebih keras hanya untuk sekadar bertahan.


2. Beban Utang untuk Bertahan

Karena pendapatan tidak sebanding dengan kebutuhan hidup, banyak kelas menengah yang mulai mengandalkan utang. Beberapa mengambil pinjaman dari keluarga atau teman, sementara yang lain terjebak dalam pinjaman online (pinjol) atau Pegadaian. Data Otoritas Jasa Keuangan menunjukkan bahwa tingkat penyaluran pinjaman meningkat hampir 26 persen, menunjukkan semakin banyak orang yang menggantungkan hidup pada kredit.


3. Penurunan Jumlah Kelas Menengah

Akibat tekanan ekonomi, jumlah kelas menengah di Indonesia menyusut hampir 9,5 juta orang dalam lima tahun terakhir. Mereka yang dulunya berada dalam zona nyaman kini harus berjuang agar tidak jatuh ke kelompok rentan miskin.


4. Pertumbuhan Ekonomi yang Tidak Inklusif

Secara statistik, ekonomi Indonesia masih tumbuh di angka 5 persen. Namun, pertumbuhan ini lebih banyak menguntungkan kelompok kaya, sementara kelas pekerja dan kelas menengah semakin tertinggal. Fenomena ini disebut immiserizing growth, di mana ekonomi tumbuh, tetapi rakyat justru semakin terhimpit.


Menurut Guru Besar FEB Unpad, Arief Anshory Yusuf, yang juga anggota Dewan Ekonomi Nasional, Indonesia mengalami immiserizing growth, yaitu pertumbuhan ekonomi yang justru menyengsarakan sebagian besar masyarakat. Meski ekonomi tumbuh sekitar 5 persen, manfaatnya lebih banyak dinikmati kelompok kaya yang jumlahnya kurang dari 1 persen populasi, sementara kelas menengah menyusut dan semakin banyak warga rentan miskin. Kondisi ini menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia tidak inklusif dan tidak dirasakan merata oleh seluruh lapisan masyarakat.


”Kondisi ini mengindikasikan pertumbuhan ekonomi di Indonesia tidak inklusif. Artinya, tidak semua orang merasakan manfaat dari pertumbuhan ekonomi negara,” ujarnya, seperti dikutip di harian Kompas.


Solusi dan Upaya Pencegahan


Peranan pendekatan pemerintah melalui kebijakannya setidaknya dapat meredam munculnya sindrom bebek ini muncul di masyarakat, selain tentu saja edukasi pemahaman tatakelola finansial keluarga dan manajemen gaya hidup individu dengan tampil sesuai realita yang ada tanpa terdorong oleh gaya hidup "terlihat mapan" yang hanya sekedar pemuas kebutuhan "isi status" media sosial.


1. Keberpihakan Pemerintah pada Kelas Pekerja

Pemerintah perlu menerapkan kebijakan ekonomi yang lebih inklusif, termasuk meningkatkan upah riil, memperluas subsidi kebutuhan pokok, serta memperbaiki sistem perpajakan agar beban ekonomi tidak hanya ditanggung oleh kelas menengah dan bawah.


2. Kesadaran Finansial bagi Kelas Menengah

Agar tidak terjebak dalam sindrom bebek, kelas menengah perlu lebih realistis dalam mengelola keuangan mereka. Memiliki tabungan darurat, mengurangi gaya hidup konsumtif, dan memahami konsep investasi bisa menjadi langkah awal untuk keluar dari tekanan sosial yang memaksa mereka untuk selalu terlihat "sukses."


3. Mengurangi Tekanan Sosial untuk Tampil Sempurna

Tidak ada kewajiban bagi siapa pun untuk selalu tampak sukses di mata orang lain. Masyarakat perlu mulai memahami bahwa hidup bukan tentang pencitraan, tetapi tentang kesejahteraan dan kebahagiaan yang nyata.


4. Membangun Kemandirian Ekonomi

Selain bergantung pada pekerjaan tetap, kelas menengah bisa mulai mencari peluang ekonomi tambahan, seperti bisnis sampingan, investasi kecil, atau keterampilan baru yang dapat meningkatkan penghasilan mereka.


Sindrom bebek di kalangan kelas menengah Indonesia adalah fenomena nyata yang semakin meluas akibat tekanan ekonomi dan sosial. Mereka terlihat baik-baik saja di permukaan, tetapi di balik layar, mereka berjuang keras untuk bertahan.


Untuk mengatasi ini, diperlukan kombinasi antara kebijakan pemerintah yang berpihak pada kelas pekerja serta kesadaran individu untuk lebih bijak dalam mengelola keuangan dan mengurangi tekanan sosial yang tidak perlu. Pada akhirnya, hidup bukan tentang bagaimana kita terlihat di mata orang lain, tetapi tentang bagaimana kita bisa benar-benar merasa cukup dan bahagia. (FG12)


Referensi :

- Kompas.id

- alodokter

- "The Happiness Trap" oleh Russ Harris