![]() |
Cara berdiplomasi melalui budaya | Alif.id |
Saat ini, di tengah dinamika global yang semakin kompleks, diplomasi sangat berperan penting sebagai jembatan dalam membangun hubungan antar negara. Namun diplomasi seringkali menghadapi tantangan dalam bentuk praktik seperti kurangnya transparansi, korupsi, dan manipulasi keuntungan. Situasi ini dapat mengaburkan tujuan utama diplomasi, yaitu menciptakan kerja sama yang saling menguntungkan dan mendukung perdamaian dunia. Oleh karena itu, munculah konsep "diplomasi bersih" sebagai solusi untuk mengembalikan esensi diplomasi sebagai alat komunikasi yang menjunjung tinggi nilai kejujuran, integritas, dan transparansi.
Diplomasi merupakan sarana penting untuk mewujudkan kepentingan nasional suatu negara. Diplomasi merupakan alat terpenting untuk menegaskan kepentingan nasional dalam hubungan dengan negara lain dan organisasi internasional. Melalui diplomasi inilah suatu negara dapat membangun citranya. Dalam hubungan antar negara, diplomasi umumnya diterapkan sejak tahap awal ketika suatu negara ingin mempertahankan hubungan bilateral dengan negara lainnya hingga kedua negara menjalin hubungan lebih lanjut. (Nurika, 2017) Selain itu, konsep diplomasi menurut G.R. Berridge (2010) merujuk pada aktivitas politik yang dilakukan oleh para aktor untuk mengejar tujuannya dan mempertahankan kepentingannya melalui negosiasi, tanpa menggunakan kekerasan, propaganda, atau hukum. Diplomasi terdiri dari komunikasi antar sejumlah pihak yang didesain untuk mencapai kesepakatan.
Setelah memahami konsep umum diplomasi sebagai seni membangun hubungan antara negara atau pihak dan mencapai tujuan, penting untuk melihat aspek moral dan etika yang mendasarinya. Diplomasi bukan hanya tentang strategi dan negosiasi, tetapi juga tentang kejujuran, integritas, dan transparansi di setiap tahap untuk mencapai sebuah tujuan. Inilah inti dari diplomasi bersih, suatu pendekatan yang menekankan nilai-nilai keadilan, keterbukaan dan tanggung jawab moral. Dari sudut pandang Islam, diplomasi bersih bukan sekadar taktik. Itulah komitmen yang menyertai pemenuhan misi menciptakan keharmonisan dan kedamaian tanpa manipulasi, penipuan, atau ketidakadilan.
Diplomasi bersih mengacu pada diplomasi yang pelaksanaannya harus sesuai dengan cita-cita. Diplomasi yang bersih dikaitkan dengan konsistensi tanggung jawab terhadap rakyat, sesuai dengan syarat Al-Qur'an dan Hadits. Berdasarkan pemahaman tersebut, diplomasi dapat bermanfaat bagi semua pihak dengan mengutamakan kepentingan rakyat dan bukan hanya kepentingan elite saja. Atau rahmatan lil 'alamin, untuk diri sendiri, musuh, dan alam semesta (Warsito dan Surwandono,2015:150)
Dalam perspektif Islam pengertian diplomasi bersih terkait dengan konsistensi tanggungjawab kepada umat, sesuai tuntunan AlQuran dan Hadits. Dalam pengertian itu, pelaksanaan diplomasi didasarkan pada upaya mengedepankan kepentingan umat, bukan kepentingan elitnya saja, sesuai dengan yang tercantum dalam Al Quran dan Hadits, yang intinya agar dapat bermanfaat kepada semua pihak, rahmatan lil 'alamin, baik bagi diri sendiri, bagi musuh maupun bagi alam semesta. Konsep rahmatan lil 'alamin membedakan diplomasi Islam yang bersih dan egaliter dari diplomasi konvensional yang hipokrit dan hanya mencari keuntungan nasionalnya sendiri. Sesuai dengan QS. Al-Hujurat ayat 13.
"Wahai manusia, sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan perempuan. Kemudian, Kami menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah adalah orang yang paling bertakwa. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Mahateliti"
Hal ini sesuai dengan QS. Al-Hujurat ayat 13, yang menegaskan bahwa manusia diciptakan oleh Allah SWT beragam agar saling mengenal dan memahami, bukan untuk bersaing secara destruktif. Diplomasi bersih dalam Islam berlandaskan pada ketakwaan, kejujuran, dan keterbukaan, menjadikannya cara untuk menyatukan berbagai bangsa dan suku dalam semangat keadilan, tanpa diskriminasi atau manipulasi. Dengan demikian, diplomasi bersih tidak hanya menjadi alat, tetapi juga amanah yang selaras dengan ajaran Islam untuk menciptakan keharmonisan global.
Berikut adalah diplomasi Islam sesuai syari'at yang diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW diantaranya :
a. Mengedepankan kesopanan dalam hubungan interpersonal dan
b. Menjunjung tinggi misi kebenaran, sehingga menjamin kemenangan kebenaran dan musnahnya kebatilan.
c. Menggunakan komunikasi yang baik
d. Sabar dalam mencapai tujuan
e. Lambat namun pasti (tidak terburu-buru)
f. Sederhana dan tidak sombong
g. Loyalitas dan konsisten (Iqbal, 2010)
Dengan perspektif yang begitu luas dan mendalam, Islam mengajarkan bahwa diplomasi bukan hanya sekedar sarana untuk mencapai tujuan politik, namun juga sarana untuk menciptakan kerukunan, persaudaraan, dan saling menguntungkan. Diplomasi bersih dalam perspektif Islam mencerminkan misi Rahmatan Lil Alamin untuk menjadi pemandu mulia keadilan dan perdamaian dalam hubungan antarmanusia di seluruh dunia. Prinsip ini menunjukkan bahwa diplomasi yang berlandaskan kesalehan dan moralitas tidak hanya penting bagi umat Islam, tetapi juga memberikan solusi universal terhadap tantangan global saat ini. Di dunia modern yang ditandai dengan konflik kepentingan dan diplomasi konspirasi, pendekatan Islam yang berdasarkan kejujuran, integritas, dan penghormatan terhadap hak asasi manusia merupakan pilihan yang mulia dan pragmatis. (Jkp)
Referensi :
Nurika, Rizki Rahmadini (2017). Peran Globalisasi di Balik Munculnya Tantangan Baru Bagi Diplomasi di Era Kontemporer. Jurnal Sospol, Vol. 3 No. 1
Berridge, G. R. (2010). Diplomacy: Theory and Practice, 2nd ed. New York: Palgrave
Iqbal, Afzal. 2000.Diplomasi Islam. Jakarta: Pustaka Al-Kautsar
Pratiwi, Tika Dian. (2017). Relevansi Penyusunan Teori Diplomasi Dalam Perspektif Islam. Islamic World and Politics Vol.1. No.1