Dibalik Larangan Koster : Bali Perang Total Lawan Sampah Plastik -->

Header Menu

Dibalik Larangan Koster : Bali Perang Total Lawan Sampah Plastik

Jurnalkitaplus
07/04/25

Gambar : Tribun Bali


Denpasar – Gubernur Bali Wayan Koster kembali mencuri perhatian publik dengan kebijakan barunya yang tergolong berani: melarang produksi air minum dalam kemasan (AMDK) plastik satu liter ke bawah di Pulau Dewata. Kebijakan ini dituangkan dalam Surat Edaran (SE) Gubernur Bali Nomor 9 Tahun 2025 tentang Gerakan Bali Bersih Sampah, yang diumumkan resmi pada Minggu (6/4/2025) di Jayasabha, Denpasar.

Larangan ini tak hanya menyasar produsen lokal, tapi juga perusahaan global seperti Danone. “Saya akan kumpulkan semua produsen, dari PDAM, swasta, hingga perusahaan besar. Tidak boleh lagi produksi kemasan plastik satu liter ke bawah, apalagi yang bentuknya kayak gelas. Galon masih boleh,” tegas Koster dalam konferensi pers.

Kebijakan ini bukan tanpa alasan. Koster mengungkapkan kondisi darurat di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) seluruh kabupaten/kota di Bali yang sudah penuh sesak. Tanpa solusi konkret, krisis lingkungan tinggal menunggu waktu.

“Ini bukan untuk mematikan usaha, tapi justru mengajak semua bertanggung jawab. Produksi tetap bisa, tapi harus ramah lingkungan. Bisa kok pakai kemasan kaca. Di Karangasem contohnya, ada yang bagus sekali kemasannya,” tambahnya.

Kebijakan ini menjadi bagian dari strategi besar “Gerakan Bali Bersih Sampah” yang akan diluncurkan resmi pada 11 April 2025 di Art Center Denpasar. Acara ini akan dihadiri oleh para kepala desa, lurah se-Bali, Forkopimda, serta Menteri Lingkungan Hidup.

Menurut Koster, inilah saatnya Bali bertransformasi dalam pengelolaan sampah: dari pendekatan reaktif menjadi progresif. Ia mendorong masyarakat untuk mengelola sampah dari hulu ke hilir menggunakan berbagai metode, dari kompos, maggot, hingga sistem modern lainnya.

“Kita wajib hentikan plastik sekali pakai. Ini gerakan kolektif, bukan sekadar kampanye,” ujarnya.

Dibalik larangan ini, tersembunyi tekad kuat untuk menjadikan Bali bukan hanya destinasi wisata dunia, tapi juga pelopor gerakan lingkungan hidup yang berkelanjutan. Gubernur Koster tampaknya ingin mengirim pesan kuat: Bali tidak bisa terus tenggelam dalam lautan plastik.

Apakah kebijakan ini akan berhasil? Waktu yang akan menjawab. Namun satu hal yang pasti, perang melawan sampah plastik di Bali kini sudah dimulai—dan tidak ada jalan kembali. (FG12)