![]() |
ilustrasi |
Jurnalkitaplus – Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Laksana Tri Handoko, menegaskan bahwa Indonesia memiliki kemampuan untuk mengembangkan energi nuklir, termasuk Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN). Dalam wawancara bersama Pro 3 RRI, Kamis (27/2/2025), Handoko menyatakan bahwa pembangunan PLTN komersial dapat dilakukan dengan memanfaatkan kontraktor yang sudah tersertifikasi dan memiliki tenaga ahli berstandar global.
"PLTN itu pembangunannya ketat secara global, sehingga tidak perlu ada kekhawatiran," ujar Handoko. Ia menambahkan bahwa Indonesia tidak perlu membangun PLTN sendiri, melainkan dapat memanfaatkan kontraktor yang telah memiliki pengalaman dan keahlian di bidang tersebut.
Meski demikian, Handoko mengakui bahwa Indonesia masih tertinggal dalam pemanfaatan energi nuklir, padahal negara ini telah mengembangkannya sejak 1958. "Kendala utama adalah penerimaan masyarakat yang masih sulit, bukan pada tenaga ahli," jelasnya.
Handoko juga menekankan bahwa energi nuklir tidak hanya berguna untuk PLTN, tetapi juga untuk berbagai sektor lain seperti medis dan industri. "Masyarakat sebenarnya sudah bersentuhan langsung dengan energi nuklir, misalnya dalam bidang kesehatan dan industri," katanya.
Pernyataan Handoko ini sejalan dengan pernyataan Presiden RI Prabowo Subianto yang menyebutkan bahwa nuklir bukan hanya untuk senjata, tetapi juga dapat dimanfaatkan untuk kesehatan, pertanian, dan energi terbarukan. Dalam kutipan Antara News, Selasa (25/2/2025), Presiden Prabowo menyatakan, "Energi terbarukan yang paling bersih salah satunya adalah nuklir. Meskipun kita memiliki cadangan energi geothermal terbesar di dunia, nuklir tetap menjadi opsi penting."
Dengan dukungan pemerintah dan kesiapan tenaga ahli, Indonesia diproyeksikan mampu menjadi salah satu negara yang memanfaatkan energi nuklir secara optimal di masa depan. Namun, tantangan terbesar tetap pada upaya meningkatkan penerimaan masyarakat terhadap teknologi ini. (FG12)