Apa Kabar Ketahanan Iklim Indonesia? Pantau Laman SIGAP dan SIMONTANA -->

Header Menu

Apa Kabar Ketahanan Iklim Indonesia? Pantau Laman SIGAP dan SIMONTANA

Jurnalkitaplus
22/02/25




Direktur Inventarisasi dan Pemantauan Sumber Daya Hutan Agus Budi Santosa mengajak masyarakat agar mendukung program Indonesia's FOLU (Forestry and Other Land Use) Net Sink 2030.

Program ini menargetkan tingkat emisi gas rumah kaca turun hingga -140 juta ton CO₂e pada tahun 2030. Agus menyebut hal ini menjadi kewajiban nasional Indonesia sebagai kontributor agenda perubahan iklim global, mengingat visi Indonesia yang ambisius dalam dokumen LTS-LCCR (Low Carbon Development dan Climate Resilience) 2050. 

Telah disusun beberapa dasar hukum, salah satunya adalah Keputusan Menteri LHK No. 168/Menlhk/PKTL/PLA.1/2/2022 Tentang Rencana Operasional Indonesia's FOLU Net Sink 2030. 

Agus dalam webinar via Zoom yang diselenggarakan oleh Geoaccess ID, Jumat (21/2/2025) terlebih dulu mengenalkan kata "geospasial" sebagai unsur utama dibalik ragam ketahanan Iklim yang perlu diperhatikan. 

Geospasial merupakan istilah untuk menggambarkan data, informasi, atau teknologi yang terkait dengan lokasi atau posisi geografis di Bumi. Kata ini memiliki Sistem Informasi Geospasial yang disingkat sebagai SIGAP https://sigap.menlhk.go.id, dikembangkan oleh Kementerian Kehutanan (Kemenhut) untuk pengelolaan dan analisis data geospasial yang komprehensif. 

Sistem tersebut mengumpulkan, memproses, dan memvisualisasikan data spasial terkait sumber daya alam Indonesia: hutan, tutupan lahan, keanekaragaman hayati, dan lingkungan. 

SIGAP menyediakan menu peta interaktif yang dapat diakses secara terbuka bagi masyarakat untuk melihat Peta FOLU Net Sink 2030 Indonesia.

Selain SIGAP, masyarakat dapat pula mengakses Sistem Monitoring Hutan Nasional atau yang disingkat sebagai SIMONTANA https://nfms.menlhk.go.id/. Sistem ini bersifat operasional dan melekat dengan struktur organisasi Kementerian Kehutanan, serta sebagai gambaran implementasi Indonesia's FOLU Net Sink 2030 dan REDD+ (Reducing Emissions from Deforestation and Forest Degradation Plus atau Pengurangan Emisi akibat Deforestasi dan Degradasi Hutan Plus). 

REDD+ merupakan mekanisme internasional yang bertujuan mengurangi emisi gas rumah kaca akibat deforestasi (penebangan hutan) dan degradasi hutan (kerusakan hutan). Juga bertujuan melestarikan hutan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang bergantung pada hutan.

"Kalau ada yang mau jadi produsen data atau Pemda yang ingin bekerja sama silahkan," kata Agus. Lantas menekankan keinginan adanya kolaborasi kuat antara pusat dan daerah, akademisi, swasta, LSM/NGO dan masyarakat.

"Oke kita sudah susun strategi, tapi klo sinerginya gaada ya percuma, sumber dayanya juga.. agar data yang ada valid." ujar Agus. (ALR-26)