![]() |
NBC NEWS |
Keputusan Presiden Amerika Serikat Donald Trump untuk menunda sebagian tarif bea masuk impor (BMI) selama 90 hari menjadi perbincangan hangat di dunia finansial dan politik global. Langkah mengejutkan ini diambil setelah gejolak signifikan terjadi di pasar surat utang negara (SUN) AS pasca pengumuman tarif baru. Reuters melaporkan, para pelaku pasar dan pejabat tinggi di pemerintahan AS memberikan tekanan besar kepada Trump untuk meninjau ulang kebijakan tersebut.
SUN Bergejolak, Ekonomi Goyah
Pengumuman tarif baru membuat imbal hasil SUN AS melonjak tajam. SUN tenor 10 tahun naik menjadi 4,51 persen dari sebelumnya di bawah 3,9 persen, sementara tenor 30 tahun melonjak ke 5,02 persen dari 4,715 persen. Kenaikan ini memperburuk kondisi pasar obligasi, meningkatkan biaya pinjaman dan mengancam pertumbuhan ekonomi AS.
Investor pun bereaksi negatif. Bukannya menjadi aset aman, SUN justru dijual besar-besaran, membuat imbal hasilnya kian melambung. Kondisi ini menciptakan kekhawatiran bahwa kebijakan tarif Trump justru akan menjadi bumerang bagi ekonomi Negeri Paman Sam.
Tekanan dari Dalam dan Luar Gedung Putih
Reuters menyebutkan bahwa Trump mendapat peringatan keras dari Menteri Keuangan Scott Bessent dan CEO JPMorgan Chase Jamie Dimon. Mereka menilai kebijakan tarif berpotensi memicu resesi. Pihak legislatif pun angkat suara. Sejumlah politisi Republik menyuarakan kekhawatiran serupa, mengingat dampak ekonomi yang ditimbulkan dapat merugikan posisi Partai Republik di pemilu sela 2026.
Kepala Staf Gedung Putih, Susie Wiles, juga memainkan peran penting dalam perubahan sikap Trump. Ia secara langsung membujuk sang presiden dengan menyampaikan bahwa tarif baru akan memperburuk citra Partai Republik dan membuka peluang kekalahan di ajang politik mendatang.
Trump Melunak, Pasar Global Menyambut
Meski sebelumnya bersikukuh menerapkan tarif tanpa kompromi, Trump akhirnya melunak. Ia mengumumkan penundaan sebagian tarif selama tiga bulan ke depan. Hal ini disambut positif oleh pasar global. Bursa saham AS menguat, disusul bursa Asia termasuk IHSG. Nilai tukar rupiah juga menguat terhadap dolar AS. Pasar Eropa pun diperkirakan akan merespons dengan arah yang sama.
Rincian Kebijakan Baru
Dalam kebijakan yang direvisi, tarif BMI sebesar 32 persen untuk produk dari Indonesia ditunda selama 90 hari. Namun demikian, tarif sebesar 10 persen tetap diberlakukan untuk semua impor ke AS, sebagai langkah kompromi yang dianggap tidak terlalu agresif tetapi masih menunjukkan sikap proteksionis Trump.
Penundaan tarif ini menjadi bukti bahwa dinamika pasar finansial dan tekanan politik dapat mempengaruhi arah kebijakan seorang presiden sekaliber Donald Trump. Keputusan ini menegaskan pentingnya stabilitas pasar dan kekhawatiran akan dampak ekonomi jangka pendek, terutama menjelang tahun-tahun politik yang menentukan bagi Partai Republik.
Langkah ini bukan semata-mata strategi dagang, tapi juga kalkulasi politik yang hati-hati di tengah kondisi pasar yang mudah meledak. Satu hal yang jelas: kebijakan ekonomi tak bisa berjalan sendiri, apalagi ketika pasar dan politik menekan dari segala arah. (FG12)
Sumber: Reuters