Selamatkan Kopi, Pengusaha Jepang Perbaiki Toilet dan Sistem Medis di Luar Negeri -->

Header Menu

Selamatkan Kopi, Pengusaha Jepang Perbaiki Toilet dan Sistem Medis di Luar Negeri

Jurnalkitaplus
03/01/25

Natsuki Okamoto (kiri) dan para petani kopi di Ethiopia pada tahun 2016. Foto: Itochu Corp.

Industri kopi pada tahun 2050 terancam mengalami penurunan signifikan lahan akibat perubahan iklim. Lahan ini menjadi urgent karena ditujukan untuk menanam biji kopi utama.  

Jika tidak ada perubahan, Jumlah petani kopi diprediksi menurun dan industri kopi dapat menghadapi kekurangan pasokan yang parah pada tahun 2050.   

Harian Nasional Jepang The Mainichi (2/1) melaporkan bahwa pada musim semi tahun 2024 lalu jaringan toko swalayan besar Jepang, FamilyMart Co., meluncurkan inisiatif mendukung anak-anak di Ethiopia, negara penghasil kopi utama.   

Setiap cangkir mocha blend coffee yang terjual dari Famima Cafe, 1 yen nya disumbangkan untuk memperbaiki lingkungan sekolah termasuk toilet.  

Natsuki Okamoto (42) manajer divisi kopi di perusahaan induk FamilyMart, Itochu Corp., meluncurkan inisiatif tersebut. Untuk mengetahui dukungan seperti apa yang dibutuhkan, Okamoto dan seorang perwakilan FamilyMart pada bulan Januari 2024 mengunjungi sebuah sekolah di Ethiopia tempat banyak orang tua siswa menanam kopi.   

Perwakilan dari FamilyMart memperhatikan bahwa fasilitas toilet yang buruk membuat anak perempuan enggan bersekolah. Mereka pun memprioritaskan perbaikan toilet untuk mendukung pendidikan anak perempuan.  


Toilet di sebuah sekolah di Ethiopia yang dikunjungi Natsuki Okamoto, Januari 2024. Foto: Itochu Corp.

Hal ini tentu tidak serta-merta meningkatkan produksi kopi. Okamoto menjelaskan, "Kami berharap anak-anak akan mengingat upaya ini dan suatu hari nanti akan terlibat dalam produksi kopi."   

Selain memperbaiki toilet, rencana lainnya yaitu mendistribusikan buku tentang sejarah dan produksi kopi untuk menumbuhkan hubungan yang lebih dalam dengan budaya kopi.  

Itochu, salah satu perusahaan yang mengimpor biji kopi lebih dari 20 negara, termasuk Ethiopia, menjual biji ke pemanggang kopi untuk diolah menjadi produk konsumen. Sejak memulai bisnis kopinya pada tahun 1956, Itochu memastikan pengadaan yang stabil melalui investasi dan kemitraan di wilayah penghasil kopi.   
Namun, persaingan internasional untuk biji kopi meningkat dalam beberapa tahun terakhir lantaran lahan yang cocok untuk menanam biji kopi Arabika, yang menyumbang hampir 60% dari produksi kopi global, menurut Laporan World Coffee Research tahun 2017 dapat berkurang hingga setengahnya pada tahun 2050 karena perubahan iklim. Varietas yang tumbuh di dataran tinggi Amerika Selatan, Asia, dan Afrika ini sangat rentan terhadap cuaca yang tidak stabil dan hama. 

Sementara itu, permintaan kopi global terus meningkat berdasarkan pernyataan Departemen Pertanian AS bahwa konsumsi kopi telah tumbuh lebih dari 15% selama dekade terakhir, didorong oleh melonjaknya permintaan di Tiongkok dan negara-negara berkembang lainnya.  

Mengamankan pasokan yang stabil dari area produksi yang terbatas adalah kunci keberhasilan. "Sangat penting untuk terus membeli dari area produksi yang kita miliki saat ini." terang Okamoto, "Untuk menjaga hubungan kepercayaan dengan para produsen."  

Okamoto bergabung dengan Itochu pada tahun 2006 dan telah mengunjungi 18 negara penghasil kopi didorong oleh komitmen mendukung petani lokal. Salah satu pengalamannya yaitu penugasan di Guatemala pada tahun 2017.  

Perkebunan kopi sering kali terletak di daerah pegunungan terpencil, dan banyak orang di Guatemala kesulitan mengunjungi rumah sakit di kaki gunung. Untuk mengatasi hal ini, Itochu memperkenalkan klinik keliling --sebuah kontainer pengiriman yang diubah menjadi klinik yang menawarkan perawatan medis dan gigi gratis di desa-desa perkebunan kopi.  

"Jika petani tidak bisa makan karena sakit perut atau sakit gigi, mereka tidak bisa menghasilkan kopi secara konsisten," jelas Okamoto. Ia percaya tidak hanya meningkatkan produktivitas tetapi juga menumbuhkan kepercayaan, sehingga bisnis menjadi lebih lancar.  

Okamoto juga bekerja sama dengan para ahli di Itochu untuk memperkenalkan pupuk rendah emisi sebagai upaya lain mengatasi perubahan iklim. Namun, kekurangan tenaga kerja menghadirkan tantangan mendesak lainnya. Kaum muda sering kali meninggalkan perkebunan kopi untuk bekerja di kota, sehingga hanya menyisakan sedikit tenaga kerja untuk mengurus ladang.  

"Tidak banyak solusi konkret untuk masalah ini," Okamoto mengakui. "Itulah mengapa sangat penting untuk menghargai produsen yang kita miliki saat ini."  

Kopi, salah satu komoditas yang paling banyak diperdagangkan di dunia, dikenal sebagai bahan baku utama yang menghubungkan pertanian terpencil di Amerika Tengah dan Selatan serta Asia dengan kafe dan rumah di negara maju.   

Okamoto berusaha membantu para produsen memahami peran mereka dalam ekonomi kopi global. Ia berbagi produk kopi yang dikembangkan untuk konsumen di negara-negara kaya dengan masyarakat petani, menjelaskan metode pemrosesan, dan mengundang mereka untuk mencicipi hasilnya.  

"Saya ingin terus menyediakan kopi yang aman, andal, dan lezat bagi konsumen. Untuk itu, saya juga akan terus berupaya mendukung penduduk setempat." tegas Okamoto. (ALR-26)