Meraih Manisnya Iman: Tiga Perkara yang Menghantarkan pada Kebahagiaan Sejati -->

Header Menu

Meraih Manisnya Iman: Tiga Perkara yang Menghantarkan pada Kebahagiaan Sejati

Jurnalkitaplus
28/01/25



Iman adalah anugerah terbesar yang diberikan Allah kepada hamba-Nya. Iman tidak hanya sekadar keyakinan dalam hati, tetapi juga sumber kebahagiaan dan ketenangan hidup. Rasulullah ﷺ dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Anas bin Malik ra, menjelaskan tiga perkara yang dapat membuat seseorang merasakan manisnya iman.


ثَلَاثٌ مَنْ كُنَّ فِيْهِ وَجَدَ بِهِنَّ حَلَاوَةَ الْإِيْمَانِ، مَنْ كَانَ اللهُ وَرَسُوْلُهُ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِمَّا سِوَاهُمَا وَأَنْ يُـحِبَّ الْمَرْءَ لَا يُحِبُّهُ إِلَّا لِلهِ، وَأَنْ يَكْرَهَ أَنْ يَعُوْدَ فِـي الْكُفْرِ بَعْدَ أَنْ أَنْقَذَهُ اللهُ مِنْهُ، كَمَا يَكْرَهُ أَنْ يُقْذَفَ فِـي النَّارِ.


“Ada tiga perkara yang apabila perkara tersebut ada pada seseorang, maka ia akan mendapatkan manisnya iman, yaitu (1) barangsiapa yang Allâh dan Rasûl-Nya lebih ia cintai dari selain keduanya, (2) apabila ia mencintai seseorang, ia hanya mencintainya karena Allâh. (3) Ia benci untuk kembali kepada kekufuran setelah Allâh menyelamatkannya sebagaimana ia benci untuk dilemparkan ke dalam Neraka.”


Ketiga perkara ini menjadi kunci untuk mencapai kebahagiaan sejati dan kedekatan dengan Allah. Berikut penjelasannya:


1. Mencintai Allah dan Rasul-Nya Melebihi Segala-galanya

Syarat pertama untuk merasakan manisnya iman adalah mencintai Allah dan Rasulullah ﷺ melebihi segala sesuatu di dunia ini. Cinta kepada Allah dan Rasul-Nya harus menjadi prioritas utama dalam hidup seorang muslim. Cinta ini bukanlah cinta yang biasa, tetapi cinta yang mendalam, yang mengalahkan cinta kepada harta, keluarga, jabatan, atau bahkan diri sendiri.


Allah berfirman dalam Al-Qur'an:  

"Katakanlah (Muhammad), 'Jika bapak-bapakmu, anak-anakmu, saudara-saudaramu, istri-istrimu, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perdagangan yang kamu khawatirkan kerugiannya, dan tempat tinggal yang kamu sukai, lebih kamu cintai daripada Allah dan Rasul-Nya serta berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah memberikan keputusan-Nya.' Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang fasik." (QS. At-Taubah: 24)


Ayat ini menegaskan bahwa cinta kepada Allah dan Rasul-Nya harus mengalahkan segala bentuk cinta duniawi. Ketika seseorang mampu meletakkan cinta kepada Allah dan Rasul-Nya di atas segalanya, maka ia akan merasakan kebahagiaan dan ketenangan yang tidak tergantikan oleh apapun.


2. Mencintai Sesama karena Allah

Perkara kedua yang membuat seseorang merasakan manisnya iman adalah mencintai sesama manusia semata-mata karena Allah. Cinta yang tulus dan ikhlas ini tidak didasarkan pada kepentingan duniawi, seperti harta, jabatan, atau popularitas, tetapi murni karena mengharap ridha Allah.


Rasulullah ﷺ bersabda:  

"Tujuh golongan yang akan dinaungi oleh Allah dalam naungan-Nya pada hari yang tidak ada naungan kecuali naungan-Nya: ... dan dua orang yang saling mencintai karena Allah, berkumpul karena-Nya, dan berpisah karena-Nya." (HR. Bukhari dan Muslim)


Mencintai karena Allah adalah bentuk ibadah yang mulia. Ketika seseorang mencintai saudaranya karena Allah, maka ia akan merasakan kedamaian dan kebahagiaan yang luar biasa. Cinta ini juga akan memperkuat ukhuwah islamiyah (persaudaraan Islam) dan menciptakan harmoni dalam kehidupan bermasyarakat.


3. Membenci Kekufuran dan Takut Kembali Kepadanya

Perkara ketiga yang menjadikan seseorang merasakan manisnya iman adalah membenci kekufuran dan takut untuk kembali kepadanya. Seorang mukmin yang sejati akan merasa ngeri dan benci terhadap segala bentuk kekufuran, kemusyrikan, dan kemaksiatan. Ia akan berusaha sekuat tenaga untuk menjauhkan diri dari hal-hal yang dapat menjerumuskannya ke dalam kekufuran.


Rasulullah ﷺ menggambarkan hal ini dengan perumpamaan yang sangat kuat:  

"Barangsiapa yang benci untuk kembali kepada kekufuran setelah Allah menyelamatkannya, sebagaimana ia benci untuk dilemparkan ke dalam Neraka."


Kebencian terhadap kekufuran ini adalah bukti dari kesempurnaan iman seseorang. Ia akan selalu berusaha menjaga imannya dengan menjauhi segala hal yang dapat merusaknya. Ketika seseorang memiliki rasa benci yang kuat terhadap kekufuran, maka ia akan senantiasa berusaha meningkatkan kualitas imannya dan mendekatkan diri kepada Allah.


Cinta kepada Allah: Sifat-Sifat dan Bukti Cinta Sejati


Dari tiga poin yang telah dijelaskan sebelumnya, yaitu mencintai Allah dan Rasul-Nya melebihi segalanya, mencintai sesama karena Allah, dan membenci kekufuran, semuanya berlandaskan pada kecintaan yang mendalam kepada Allah. Cinta kepada Allah bukanlah cinta yang biasa, tetapi cinta yang memiliki sifat-sifat khusus dan memerlukan bukti nyata dalam kehidupan sehari-hari. Berikut penjelasan lengkap mengenai sifat-sifat cinta kepada Allah dan bukti cinta sejati kepada-Nya.


Sifat-Sifat Cinta kepada Allah


1. As-Shofa wa Al-Banun (Putih dan Bersih)

Cinta kepada Allah haruslah tulus dan jujur, tanpa ada campuran kepentingan duniawi atau niat yang tidak ikhlas. Cinta ini murni ditujukan kepada Allah semata, bukan karena mengharap imbalan atau takut akan hukuman. Seorang yang mencintai Allah akan selalu merasa tenang dan bahagia karena ia yakin bahwa Allah adalah sumber segala kebaikan.  


Rasulullah ﷺ bersabda:  

"Ada tiga hal yang jika ketiganya ada pada seseorang, maka ia akan merasakan manisnya iman: (1) Allah dan Rasul-Nya lebih ia cintai daripada selain keduanya, (2) ia mencintai seseorang hanya karena Allah, dan (3) ia benci untuk kembali kepada kekufuran setelah Allah menyelamatkannya." (HR. Bukhari dan Muslim)  


Cinta yang tulus ini akan membuat seseorang selalu mengutamakan keridhaan Allah dalam setiap tindakannya.


2. Al-‘Ulum wa Azh-Zhuhur (Tinggi dan Nampak) 

Cinta kepada Allah haruslah tinggi dan terlihat dalam perilaku sehari-hari. Seorang yang mencintai Allah akan mengutamakan kehendak Allah di atas kehendak dirinya sendiri. Ia akan selalu berusaha menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya, meskipun hal itu bertentangan dengan keinginan pribadinya.  


Allah berfirman:  

"Katakanlah (Muhammad), 'Jika kamu mencintai Allah, ikutilah aku (Rasulullah), niscaya Allah akan mencintaimu dan mengampuni dosa-dosamu.' Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (QS. Ali Imran: 31)  


Mengikuti sunnah Rasulullah ﷺ adalah bukti nyata dari kecintaan seseorang kepada Allah.


3. Al-Luzum wa Ats-Tsubut (Lazim dan Kokoh)

Cinta kepada Allah haruslah konsisten dan kokoh, tidak mudah goyah oleh godaan duniawi atau tantangan hidup. Seorang yang mencintai Allah akan selalu berpegang teguh pada ajaran-Nya, meskipun menghadapi cobaan yang berat.  


Allah berfirman:  

"Dan di antara manusia ada orang yang menyembah Allah dengan berada di tepi; jika ia memperoleh kebajikan, tetaplah ia dalam keadaan itu, dan jika ia ditimpa oleh suatu bencana, berbaliklah ia ke belakang. Rugilah ia di dunia dan di akhirat. Yang demikian itu adalah kerugian yang nyata." (QS. Al-Hajj: 11)  


Cinta yang kokoh ini akan membuat seseorang tetap istiqamah dalam beribadah dan berbuat kebaikan.


4. Al-Lughuw (Saripati)

Cinta kepada Allah haruslah menjadi saripati atau inti dari segala bentuk cinta. Seorang yang mencintai Allah akan rela mengorbankan apa yang paling ia cintai di dunia ini demi meraih keridhaan-Nya. Kisah Nabi Ibrahim as. yang rela mengorbankan putranya, Ismail as., adalah contoh nyata dari cinta yang saripati.  


Allah berfirman:  

"Sesungguhnya Ibrahim adalah seorang imam yang dapat dijadikan teladan lagi patuh kepada Allah dan hanif (lurus). Dan sekali-kali bukanlah dia termasuk orang-orang yang mempersekutukan (Tuhan)." (QS. An-Nahl: 120)  


Pengorbanan ini menunjukkan bahwa cinta kepada Allah haruslah mengalahkan segala bentuk cinta duniawi.


Bukti Cinta Sejati kepada Allah


Syaikh an Nawawi Al Bantani dalam Kitab Nashoihul Ibad :


صدق المحبة في ثلاث خصال أن يختار كلام حبيبه على كلام غيره ويختار مجالسة حبيبه على مجالسة غيره ويختار رضا حبيبه على رضا غيره


Bukti cinta sejati itu ada tiga, yaitu:

1. Memilih kalam (Al-Qur'an, Sunah) kekasihnya di kalam lain-Nya.

2. Memilih bergaul dengan kekasihNya ikut bergaul dengan yang lainnya,

3. Memilih keridaan kekasihNya melayani keridaan yang lain.


1. Memilih Kalam Kekasihnya (Al-Qur’an) daripada Kalam Lain-Nya  

Seorang yang mencintai Allah akan selalu mengutamakan firman-Nya (Al-Qur’an) di atas segala ucapan manusia. Ia akan senantiasa membaca, mempelajari, dan mengamalkan Al-Qur’an dalam kehidupannya. Al-Qur’an adalah petunjuk dan sumber kebahagiaan bagi orang-orang yang beriman.  


Allah berfirman:  

"Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya mereka memperhatikan ayat-ayatnya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai pikiran." (QS. Shad: 29)  


Dengan mencintai Al-Qur’an, seseorang akan semakin dekat dengan Allah dan merasakan manisnya iman.


2. Memilih Bergaul dengan Kekasih-Nya daripada Bergaul dengan yang Lain  

Seorang yang mencintai Allah akan memilih bergaul dengan orang-orang yang juga mencintai Allah dan Rasul-Nya. Pergaulan yang baik akan membawa seseorang pada kebaikan, sedangkan pergaulan yang buruk akan menjerumuskannya pada keburukan. 

 

Rasulullah ﷺ bersabda:  

"Seseorang itu berada di atas agama teman dekatnya, maka hendaklah kalian melihat siapa teman dekatnya." (HR. Abu Daud dan Tirmidzi)  


Bergaul dengan orang-orang shaleh akan memperkuat iman dan membantu seseorang untuk tetap istiqamah dalam mencintai Allah.


3. Memilih Keridhaan Kekasih-Nya daripada Keridhaan yang Lain 

Seorang yang mencintai Allah akan selalu mengutamakan keridhaan Allah di atas keridhaan manusia. Ia tidak akan takut dicela atau dihina oleh orang lain asalkan ia berada di jalan yang diridhai Allah.  Keridhaan berarti kesenangan, mengharap keridhaan Allah atas segala apa yang kita perbuat dengan hanya mengharapkan Allah senang terhadapnya merupakan substansi dari ibadah kita 


Rasulullah ﷺ bersabda:  

"Barangsiapa yang mencari keridhaan Allah dengan kemurkaan manusia, maka Allah akan mencukupkannya dari (keinginan untuk mencari) manusia. Dan barangsiapa yang mencari keridhaan manusia dengan kemurkaan Allah, maka Allah akan menyerahkannya kepada manusia." (HR. Tirmidzi)  


Mengutamakan keridhaan Allah adalah bukti nyata dari cinta sejati kepada-Nya.


Semoga kita semua diberikan kekuatan oleh Allah untuk senantiasa mencintai-Nya dengan sepenuh hati dan membuktikan cinta kita melalui amal shaleh. Aamiin. (RHA31)


Sumber : Kajian Subuh oleh Ust. A. Fajar