Low-Semi Skilled Jobs Tetap Jadi Primadona di Era Digital, Pemerintah Diminta Beri Perlindungan -->

Header Menu

Low-Semi Skilled Jobs Tetap Jadi Primadona di Era Digital, Pemerintah Diminta Beri Perlindungan

Jurnalkitaplus
21/01/25

Jakarta – Kemajuan teknologi digital tidak menghapus kebutuhan akan pekerjaan dengan keterampilan dasar dan repetitif (low-semi skilled). Dilansir dari Kompas, menurut laporan Future of Jobs Report 2025 yang dirilis Forum Ekonomi Dunia (WEF) pada 8 Januari 2025, pekerjaan seperti petani, pengemudi, pekerja konstruksi, dan pramuniaga diproyeksikan tumbuh pesat hingga 2030.




Laporan tersebut menyoroti bahwa pekerja pertanian akan mengalami pertumbuhan tertinggi, dengan 35 juta pekerjaan baru pada 2030. Transisi hijau dan upaya pengurangan emisi karbon menjadi pendorong utama. Analis dari Indonesia Labor Institute, Rekson Silaban, menyebut kebutuhan ini lebih banyak berasal dari negara maju yang mengalami penurunan populasi usia kerja.


Meski demikian, Rekson mengingatkan agar Indonesia tidak terjebak menjadi pemasok tenaga kerja murah. "Pemerintah perlu meningkatkan pelatihan dan melindungi pekerja agar mereka tidak hanya menjadi andalan ekonomi negara lain," katanya pada Senin (20/1/2025).


Direktur Migrant Care, Wahyu Susilo, menambahkan bahwa pemerintah harus mengakui relevansi pekerjaan sektor jasa dan pelayanan. Ia mendorong rekognisi dan perlindungan pekerjaan informal agar lebih setara dengan standar internasional.


Sementara itu, Presiden Sarbumusi, Irham Ali Saifuddin, menegaskan pekerjaan low-semi skilled di sektor jasa tidak akan sepenuhnya tergantikan oleh kecerdasan buatan. Ia juga menyoroti pentingnya inklusi jaminan sosial bagi seluruh pekerja. Saat ini, hanya 1,5 persen pekerja sektor informal yang terdaftar dalam program jaminan sosial ketenagakerjaan.


Di sisi lain, Kementerian Ketenagakerjaan berkomitmen merancang kebijakan pelatihan dan sertifikasi sesuai kebutuhan pasar. Sekjen Kemenaker, Anwar Sanusi, mengatakan pihaknya fokus mempersiapkan tenaga kerja digital meski tantangannya besar, mengingat mayoritas angkatan kerja Indonesia berpendidikan menengah ke bawah. (FG12)