![]() |
Goreng telur pakai jargas | ESDM.go.id |
Jurnalkitaplus – Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia blusukan ke Rumah Susun (Rusun) Grudo, Surabaya, Selasa (25/3), untuk mengecek langsung pasokan energi jelang Lebaran. Di sana, ia tak segan menggoreng telur menggunakan jaringan gas bumi (jargas) milik warga. Hal ini dilakukan Bahlil sebagai simbol komitmen pemerintah: jargas harus jadi alternatif pengganti Liquefied Petroleum Gas (LPG) impor
"Program jargas masif ini salah satu strategi utama turunkan impor LPG. Ada juga substitusi ke Dimethyl Ether (DME)," tegas Bahlil dalam keterangan tertulis seperti dikutip dari laman detikfinance
Surplus Gas Bumi vs Rendahnya Adopsi Jargas
Data Neraca Gas Indonesia 2022-2030 menyebut pasokan gas bumi nasional mencapai 15.087 juta standar kaki kubik per hari (mmscfd), sementara kebutuhan hanya 11.615 mmscfd. Artinya, Indonesia punya surplus 3.472 mmscfd yang bisa dialihkan ke sektor rumah tangga.
Namun, realitanya, pemanfaatan jargas masih timpang. Di Jawa Timur, hanya 6% dari total potensi pasar yang terhubung jargas. Secara nasional, hingga 2024, baru 943 ribu sambungan yang terpasang (703 ribu dari APBN, 240 ribu swasta). Angka ini masih jauh dari target 5,5 juta sambungan pada 2030.
Proyek Cisem-Dusem: Tulang Punggung Ekspansi Jargas
Untuk mempercepat distribusi, pemerintah membangun dua proyek pipa strategis:
1. Cirebon-Semarang (Cisem) : Menyalurkan gas ke 300 ribu rumah tangga.
2. Duri-Sei Mangkei (Dusem) : Menjangkau 600 ribu rumah di Sumatera.
Kedua proyek ini akan mengintegrasikan pasokan dari Wilayah Kerja (WK) Agung dan Andaman. Jika berjalan lancar, impor LPG diproyeksikan turun 550 kiloton per tahun, menghemat subsidi hingga Rp5,6 triliun/tahun.
Dari sisi biaya, jargas juga lebih ringan:
- Jargas : Rp30 ribu/bulan
- LPG 3 kg : Rp40 ribu untuk 2 tabung (per bulan)
Kedua proyek ini akan mengintegrasikan pasokan dari Wilayah Kerja (WK) Agung dan Andaman. Jika berjalan lancar, impor LPG diproyeksikan turun 550 kiloton per tahun, menghemat subsidi hingga Rp5,6 triliun/tahun.
"Gas tak pernah tiba-tiba habis saat sahur. Lebih tenang," tambahnya.
Tantangan: Percepatan Infrastruktur dan Sosialisasi
Meskipun beberapa manfaat yang dirasakan dari penggunaan jargas ini, tentu untuk mengadopsinya dan mengkonversikannya akan menemui hambatan. Sebutlah misalnya keterbatasan infrastruktur pipa yang ada, terlebih di daerah luar Jawa - Sumatera. Sosialisasi kepada masyarakat bukan perkara enteng untuk dilakukan secara serentak dan dalam waktu cepat. Disamping dibutuhkan investasi yang lumayan besar untuk perluasan jaringan.
Pengamat energi dari Institut Teknologi Sepuluh Nopember menegaskan bahwa target 5,5 juta sambungan perlu dibarengi dengan percepatan pembangunan pipa dan edukasi publik
Peralihan dari LPG ke jargas adalah langkah strategis untuk mengurangi ketergantungan impor dan mengoptimalkan gas domestik. Namun, tanpa akselerasi infrastruktur dan pendekatan bottom-up ke masyarakat, target 2030 bisa jadi sekadar wacana. (FG12)
Sumber : ESDM.go.id