Hola Sobat JKP!
Kembali lagi di tulisan ini yang insyaAllah bermanfaat untukmu sebagai pembaca setia atau kamu ada pendatang baru? Welcome!
Artikel sebelumnya yang ku tulis ialah : 'Filter dan Kecemasan: Mengapa Media Sosial Mengubah Cara Generasi Z Melihat Diri Mereka' sekilas info, perkenalkan aku Firda Alifa Ibrahim.
Perihal artikel keempat aku ini kemungkinan besar terjadi di kamu, belum atau sudah, atau akan. Mungkin lebih baiknya, kita mempersiapkan. Katanya, : "Orang yang salah mengambil keputusan, karena ilmu nya kurang."
Dari kemarin artikel yang ku tulis pasti judulnya fokus pada 'generasi Z' sampai lupa kasih info siapa sih yang masuk kategori generasi Z? Is that you? Aku sebenarnya berfokus pada orang yang lahir di tahun 1997 sampai 2012, karena mereka tumbuh bersamaan dengan perkembangan pesat hadirnya teknologi dan internet.
Mengenai detoks digital ini justru telah menimbulkan kebutuhan seperti sebuah Upaya sadar untuk mengurangi penggunaan gawai demi meningkatkan Kesehatan mental, emosional dan fisik.
Kok bisa, ya?
Ada penyebab ketergantungannya:
· Platform yang kita kenal seperti Instagram, Tiktok, dan lain sebagainya memikat banyak orang dengan notifikasi konstan, ditambah hadirnya algoritma untuk bisa mempertahankan perhatian dan timbullah rasa fear of missing out.
· Ingat saat COVID-19, kan? Di sini kita tahu adanya percepatan adopsi teknologi dalam bekerja di rumah, sekolah dan kuliah di rumah yang membuat waktu layar digunakan semakin meningkat.
· Karena kehadiran itulah, aktivitas hiburan berbasis digital menjadi pilihan utama, memunculkan marak dari kebiasaan binge-watching dan gaming berlebihan.
Sadar pasti, dampak negatifnya juga ada seperti pada peningkatan stress, kecemasan dan depresi dari paparan media sosial yang memicu adanya perbandingan hidup.
Masalah postur tubuh, terkadang ada beberapa hal yang kita ga sadari, kelelahan mata akibat layar yang kita pantau sebanyak itu mengambil waktunya.
Akibat dari semua yang ku sebutkan, berpengaruh juga kurangnya interaksi langsung dapat melemahkan kemampuan kita dalam komunikasi interpersonal.
Terus kenapa ya bisa sampai sebesar itu dampak negatifnya, bahkan ada juga lho tantangan dalam melakukan detoks digital:
· Generasi Z merasa bahwa keberadaan mereka di dunia digital malah lebih penting dengan dunia nyata, hal ini tampak seperti isolasi sosial.
· Karena hadirnya media sosial mereka beranggapan dan merasa ada tekanan dalam keharusan selalu untuk "terhubung" demi bisa mengikuti trend, jangan sampai deh terlewatkan soalnya penting untuk membangun personal branding di media sosial.
· Dalam pola penggunaan gawai sering kali tidak disadari yang berakibat sulit diubah, apalagi kalau gawai ini bagian integral dari rutinitas sehari-hari.
Karena bagiku dan semua orang pasti setuju, setiap hal pasti ada negatif dan positifnya, jadi jika dilihat dari sisi positif ada manfaatnya dalam detoks digital ini, seperti:
· Dengan hadirnya untuk mengurangi paparan informasi negative dan perbandingan sosial, ini bisa meningkatkan rasa puas diri dan jauh lebih percaya diri.
· Kita bisa lebih baik dalam kualitas tidur, karena kalau kita menggunakan gawai tidak sesering sebelumnya, bisa meningkatkan produksi melatonin yang mendukung tidur lebih nyenyak.
· Coba deh kita fokus pada tugas nyata tanpa harus melibatkan gangguan digital, pasti bisa menyelesaikan pekerjaan lebih efektif.
· Jadi lebih banyak waktu untuk interaksi langsung dengan keluarga dan teman.
Terus gimana supaya bisa lebih mengatur diri kita untuk tidak berlebihan?
· Lebih ketat lagi dalam menetapkan Batasan melihat layar, biasanya kalau aku menggunakan 25 menit dan istirahat (jelas jauh dari layar, aku biasa mengambil baca buku fisik) 15 menit. Bisa juga kamu gunakan screen time atau timer bawaan gawai mu, guna mengontrol waktu layar yang kamu gunakan.
· Pilih ruangan yang di mana kamu bisa menggunakan gawai, kalau sudah masuk ruangan yang tidak diperbolehkan menggunakan gawai, tetaplah taat aturan.
· Coba kamu ambil melatih diri dalam kesadaran penuh dengan fokus pada aktivitas tanpa distraksi digital, contohnya baca buku, yoga, menikmati udara pagi atau sore hari.
· Hal yang pernah aku lakukan kalo sudah fokus brainstorm untuk novelku, 'no phone today' ada hari-hari tertentu yang aku ga bisa diganggu dalam komunikasi secara virtual.
· Fokuslah membuat prioritas aktivitas digital yang bisa lebih produktif atau edukatif, jadi bukan fokus pada hiburan, melainkan seperti webinar atau menulis artikel dengan mereset lebih jauh judul apa yang ingin kamu bahas.
Sebenarnya, detoks digital tuh bukan termasuk fokus untuk meninggalkan teknologi sepenuhnya, ya. tapi, lebih menciptakan keseimbangan antara dunia nyata dan virtual. Aku tahu untuk generasi Z tantangannya sangatlah besar, kita juga harus menyadari bahwa penting menjaga Kesehatan mental dan fisik dalam pengelolaan penggunaan gawai. Jadi, dengan detoks digital ini kita insyaAllah bisa mengembangkan pola hidup yang lebih seimbang dan bijaksana.
Semoga kamu bisa menemukan kepastian dari pendukung artikel ini, ya, Sobat JKP! Jangan lupa share sebanyak-banyaknya untuk bantu menyelamatkan orang di sekitarmu. Sampai ketemu di tulisan ku berikutnya, ya! Salam hangat dari Firdha Alifa Ibrahim.