DeepSeek, kecerdasan buatan (AI) asal China, resmi menggusur ChatGPT sebagai aplikasi asisten AI gratis paling banyak diunduh di Amerika Serikat lewat App Store. Keunggulan teknologinya yang lebih efisien dan akurat membuat pasar bereaksi keras, hingga menyebabkan saham raksasa teknologi AS rontok. Nvidia turun 17 persen, Microsoft 2,1 persen, Alphabet (induk Google) 4,2 persen, dan Dell Technologies anjlok 8,7 persen dalam sehari.
DeepSeek menunjukkan performa luar biasa dalam pengujian terbaru. AI ini unggul dalam komputasi matematika, kompetisi pemrograman, serta deteksi dan perbaikan bug dalam kode. Model bahasa besar (LLM) yang digunakannya bahkan melampaui ChatGPT, Llama, dan Claude dalam berbagai aspek. Keunggulan lain DeepSeek adalah sifatnya yang open-source, berbeda dengan OpenAI yang eksklusif. Hal ini membuka peluang pengembangan yang lebih luas, meskipun potensi keuntungannya lebih terbatas.
AI ini juga berperan penting dalam strategi China menghadapi pembatasan ekspor teknologi dari AS. Pemerintah China mengakui DeepSeek sebagai aset strategis, bahkan Perdana Menteri Li Qiang mengundang para petingginya ke simposium tertutup pada 20 Januari 2025.
Di balik kesuksesan DeepSeek ada sosok Liang Wenfeng, pendiri berusia 39 tahun yang sebelumnya tidak dikenal. Berbeda dengan tren industri teknologi China yang sering mengadopsi inovasi dari luar, Liang menekankan pentingnya riset orisinal dan open-source sebagai kekuatan utama AI masa depan. Kini, DeepSeek bukan sekadar pesaing, tapi ancaman nyata bagi dominasi AI Barat.