Pada suatu hari di tahun 120 SM penguasa Pontus, ayah Mithridates, telah diracuni oleh musuh. Karena Mithridates khawatir ibunya akan meracuninya demi tahta, Mithridates bersembunyi.
Ketika Mithridates muncul kembali, ia berkomitmen untuk menjadikan dirinya tahan terhadap racun diduga dengan cara mengonsumsi berbagai racun dalam dosis mikro setiap hari.
Dia pun mencapai usia 70-an namun memilih mati dengan pedang, menghindari penangkapan.
Neil Bradbury dalam Ted-Ed "The dark history of arsenic" pada 09 Januari 2025 menyatakan bahwa salah satu zat, bernama arsenik, adalah "Raja Racun" (King of Poisons).
Arsenik merupakan unsur logam yang terjadi secara alami dan tersebar luas. Dalam bentuk kimia murni, zat ini tidak terlalu berbahaya karena tubuh kita tidak menyerapnya dengan baik. Tetapi ketika arsenik bercampur dengan unsur lain, maka keadaan akan menjadi berbahaya.
Ketika arsenik bereaksi dengan oksigen, ia dapat berubah menjadi bentuk racun yang paling umum: arsenik putih, bubuk yang dapat mematikan seiring berjalannya waktu.
Gejala keracunan arsenik tumpang tindih dengan penyakit umum, dalam sejarah. Arsenik putih juga tidak berbau dan tidak berasa. Karakteristik ini menjadikannya sebagai senjata pembunuh pilihan. Tapi Sobat JKP ga usah coba-coba ya, ga usah.
Orang-orang di Mesir dan Yunani kuno menemukan arsenik saat menambang dan melebur logam, dan mulai menyadari kekuatannya.
Penelitian pertama terkait arsenik putih tercatat pada alkemis Zaman Keemasan Islam, Jabir ibn Hayyan, sekitar abad ke-8.
Keracunan menjadi lazim di Italia pada masa Renaisans, saat para elit seperti Dewan Sepuluh Venesia memutuskan siapa yang akan dibunuh dan meminta bantuan para alkemis, apoteker, dan dokter untuk menyiapkan racun yang tepat.
Selama masa pemerintahan Raja Prancis Louis XIV, arsenik merajalela di kalangan masyarakat kelas atas Paris, sehingga mendapat julukan "bubuk warisan."
Pada tahun 1675, seorang wanita bangsawan mengaku membunuh ayah dan saudara-saudaranya. Mengungkap bahwa Paris menyembunyikan jaringan perdagangan racun bawah tanah yang luas. Salah satu tokoh utamanya adalah Catherine Monvoisin.
Catherine meramu ramuan cinta dan ramuan mengerikan lainnya yang mengandung aconite, belladonna, dan arsenik. Salah satu kliennya adalah anggota istana kerajaan yang suaminya meninggal secara misterius.
Arsenik menjadi senjata yang lebih tersebar luas selama Revolusi Industri. Permintaan terhadap logam, seperti besi, meroket.
Saat orang-orang melebur bijih-bijih yang tidak murni dalam tungku, beberapa produk sampingannya beterbangan di udara dan terakumulasi di cerobong asap— termasuk arsenik putih.
Bubuknya dikikis dalam jumlah banyak dan dijual murah kepada penduduk kota, yang menyalurkan kekuatannya untuk melawan hama— dan terkadang, manusia.
Arsenik juga ditemukan dalam barang-barang yang ada. Pada tahun 1775, ahli kimia Swedia Carl Wilhelm Scheele menciptakan campuran tembaga-arsenik yang menghasilkan warna hijau cemerlang.
Warna hijau Scheele segera mewarnai cat, tekstil, mainan, sabun, kosmetik, dan pewarna makanan.
Pada akhir 1800-an, 80% kertas dinding Inggris mengandung arsenik. Namun, bahayanya sudah di depan mata. Beberapa anak dikatakan meninggal karena tidak sengaja menelan arsenik, dan kampanye publik akhirnya berhasil melarang penggunaan arsenik di rumah tangga.
Rupanya peracunan arsenik yang disengaja masih terjadi. Dan karena pengujian arsenik forensik masih lemah, orang-orang bisa lolos begitu saja.
Pada tahun 1832 ahli kimia James Marsh memberikan menjalankan uji standar pada kasus seorang pria yang dituduh mencampur kopi kakeknya dengan arsenik. Hasilnya terdapat endapan kekuningan, mengonfirmasi sampel tersebut positif mengandung arsenik.
Tetapi hasilnya tidak stabil secara kimia. Dan pada saat Marsh menyajikannya di pengadilan, warnanya sudah memburuk, dan juri membebaskan terdakwa.
Jadi, Marsh menciptakan pengujian baru di mana sampel yang mengandung arsenik akan bereaksi dengan seng dan asam untuk menghasilkan gas arsin.
Begitu terbakar, akan terlihat endapan arsenik padat. Itu menjadi uji arsenik pertama yang dapat diandalkan.
Kemudian tes-tes yang lebih baru menggantikannya dan penawarnya pun mulai tersedia.
Skandal dan tipu daya yang mewarnai dunia kekuasaan sepanjang sejarah, alangkah bijaknya terkikis seiring perjalanan waktu. Cukuplah kita ketahui bahayanya zat arsenik, dan terus berbuat baik untuk masa depan. Setuju? (ALR-26)