Di bulan Desember, semarak Natal membawa pesan kasih, harapan, dan refleksi diri yang mendalam bagi umat Kristiani. Perayaan ini bukan sekadar mengenang kelahiran Yesus Kristus, tetapi juga momentum untuk merajut toleransi di tengah keberagaman, terutama dalam menghadapi tahun politik 2024 yang penuh dinamika. Di tengah polarisasi yang kerap memanas, nilai-nilai kasih, inklusivitas, dan harmoni menjadi kunci bagi setiap warga untuk menjaga kemanusiaan yang adil dan beradab. Bagaimana Natal bisa menjadi inspirasi untuk merawat toleransi sekaligus memetik pelajaran demokrasi? Selamat Natal dan Tahun Baru 2025, mari refleksikan perjalanan bersama menuju Indonesia yang lebih sejahtera!
Pelitakita :
Kesadaran diri dalam Islam adalah inti dari sifat insan profetis, di mana seseorang memahami jati dirinya sebagai hamba Allah dan khalifah di bumi, dengan visi hidup untuk beribadah dan membawa kebaikan. Dalam perspektif ini, kesadaran mencakup kemampuan mengenali potensi diri, membedakan yang baik dan buruk, serta bersikap tawadhu tanpa merasa berjasa. Penulis menjelaskan bahwa dengan bermuhasabah, seorang muslim melatih self-awareness yang menghidupkan rasa malu, mendorong optimalisasi amal, dan menjaga keseimbangan antara tujuan spiritual dan tanggung jawab duniawi. Hidup berkesadaran bukan sekadar ritual, tetapi sikap dinamis yang terus tumbuh bersama dengan rasa syukur dan fokus pada peran yang diamanahkan Allah SWT.
Pernah merasa bersalah karena koleksi buku lebih banyak 'nongkrong' di rak daripada di tangan? Jangan khawatir, kebiasaan ini ternyata punya manfaat besar! Dalam budaya Jepang, tsundoku bukan sekadar 'menimbun buku,' tapi cara kita menciptakan ruang intelektual untuk terus belajar dan berkembang.
Buku-buku yang belum terbaca adalah pengingat tentang luasnya dunia pengetahuan yang menanti kita. Dari memupuk kebiasaan literasi hingga meredakan FOMO, tsundoku adalah bukti bahwa menimbun buku bukan dosa—tapi investasi masa depan. Yuk, bangun perpustakaan pribadi dan biarkan buku-buku itu memicu rasa ingin tahu seumur hidup!"
Membunuh Atas Nama Allah: Pelajaran dari Sejarah untuk Masa Kini 🌙🔪
Tragedi terbunuhnya Sayyidina Ali bin Abi Thalib oleh Abdurrahman bin Muljam, seorang penghafal Al-Qur'an dan ahli ibadah yang terpengaruh ideologi Khawarij, mengingatkan kita pada bahaya pemahaman agama yang dangkal dan ekstremisme. Mengklaim membela agama, tetapi sejatinya merusak ukhuwah, kelompok ini terus hadir dalam wajah baru, menyebarkan kebencian, takfir, dan kekerasan di kalangan umat Islam. Mari kita belajar dari sejarah ini untuk mencegah ide-ide destruktif tumbuh, membangun toleransi, dan memperkuat persatuan umat!"
Lipsus : Milad ke-3 LP2
Bertempat di Paseban Sukabumi, para aktifis Kaum Hawa berkumpul merayakan Milad ke-3. Suasana penuh kebahagiaan tak mengurangi kesan khidmat dengan kehadiran para Pembina LP2. Silaturahim dan forum keilmuan menambah suasana Bahagia pada perayaan Milad ini.
Buruan,... ayo miliki Majalah 7urnalkita+ Edisi Khusus Akhir Tahun.
Hubungi Ka Biro Terdekat atau Redaksi jurnalkitaplus.com