.jpeg)
Keteladanan Ketua Mahkamah Agung (MA) Sunarto tak hanya terpancar dari gaya kepemimpinannya, tetapi juga dalam kesehariannya. Saat menjadi hakim di PN Bangil, Jawa Timur, Sunarto dikenal sebagai dosen luar biasa di Fakultas Hukum Universitas Katolik Widyakarya, Malang. Ia bahkan mengantar pulang mahasiswa dengan mobil pribadinya setelah kuliah malam. “Sisi humanis beliau sangat kuat,” ujar Dyah Imaningrum, Dekan Fakultas Hukum Universitas tersebut.
Keterbukaan Sunarto terhadap dunia akademis menjadi angin segar. Ia rutin hadir dalam acara kampus untuk berbagi motivasi kepada mahasiswa hukum, mengingat mereka adalah wajah hukum Indonesia 20 tahun ke depan. “Integritas itu penting, dan beliau menunjukkan langsung lewat tindakannya,” ungkap Bayu Dwi Anggono, Dekan Fakultas Hukum Universitas Jember.
Sikap bersahaja Sunarto juga terlihat dalam setiap kunjungannya ke daerah. Ia tegas melarang segala bentuk pungutan, jamuan, hingga penggunaan fasilitas VIP. "Kami harus jadi teladan, bukan bagian dari masalah," tegasnya dalam Refleksi Akhir Tahun MA.
Bahkan, dua hari setelah dilantik, Sunarto langsung mengingatkan pejabat eselon I di MA agar tidak menyalahgunakan kekuasaan. “Tidak boleh ada lagi pungutan, sekecil apa pun,” ucapnya, seperti dikisahkan Syafiq, Ketua PN Pati.
Kesederhanaannya tak hanya cerita belaka. Bayu Dwi Anggono sempat mengundang Sunarto ke acara Dies Natalis Fakultas Hukum Universitas Jember. Tawaran penjemputan VIP hingga jamuan makan malam ditolak mentah-mentah. “Saya sudah cukup makan di hotel,” kata Sunarto, santai.
Kisah-kisah ini menggambarkan bahwa Sunarto adalah pemimpin yang "membumi". Bahkan di bandara, ia lebih sering duduk di ruang tunggu biasa, tanpa pengawalan khusus. “Beliau itu luar biasa sederhana, enggak kelihatan kalau Ketua MA,” tutup Bayu, penuh kekaguman. (FG12)