Bertempat di Gramedia Merdeka Bandung, Sabtu (23/11/2024) Siska mengatakan, "Karena sekarang segala macam bisa diviralkan, tindakan guru mendisiplinkan siswa berbeda dengan dulu. Sekarang jika guru mendisiplinkan malah bisa dilaporkan."
Menurut Siska hal ini tentang bagaimana generasi sekarang bisa menerima. Belum lagi kalau orang tuanya overprotektif, yang apapun pengaduan anaknya dirinya ikut misuh.
"How to dicipline itu tidak usah dengan mata melotot. Dasarnya atau pondasi dari disiplin sebenarnya adalah cinta. Cinta dengan respect, penerimaan, dan perhatian. Dan orang tua harus memahami hal ini," terang Siska.
Anak-anak yang tumbuh bahagia, penuh cinta, apapun masalah yang ia dapat, ia akan growing ke arah yang positif. Dan hal ini, kata Siska, harus dijaga dengan disiplin. Bukan disiplin yang keras dan tidak ada hasilnya tetapi disiplin yang menumbuhkan rasa tanggung jawab, membuat sang anak berpikir, dia harus sukses. Agar masalah tidak terulang ketika ia menjadi orang tua.
Disiplin dan cinta membentuk karakter anak yang akan menjadi Sumber Daya Manusia (SDM) yang kuat, apalagi Indonesia memang digadang jadi negara terkuat ke-4 pada 2045 yang salah satu syaratnya adalah SDM yang unggul.
"Kalau SDM ini tidak dibentuk oleh kita dengan disiplin dan cinta, sulit," tambah Siska, "Belakangan ini ditemukan kasus mahasiswa bunuh diri, setelah dilihat latar belakangnya, orang tuanya terlilit utang. Atau kasus suami bunuh istri karena judol. Hal ini perlu diwaspadai."
Ketua Senat Psikologi Universitas Padjajaran Hendriati Agustiani menimpali, "Kita membesarkan anak bukan untuk menjadi juara 1, bukan agar dia menjadi yang terhebat. Tapi menyiapkan dia untuk terjun ke masyarakat dan bisa bermanfaat bagi masyarakat."
Hendriati juga mengatakan bahwa hal ini tentu perlu dilandasi nilai-nilai kehidupan dan etika yang menyertai. Ia kemudian berpesan agar anak dibiasakan untuk membaca, "Karena dengan membaca itu juga akan membangun anak untuk lebih atensi, lebih fokus, itu menjadi perhatian bagi kita semua."
Penulis: Firdha Alifa Ibrahim dan Alivva Rahmani