Hizbullah dan Israel: Perang yang Membara di Gaza dan Lebanon & Harapan Gencatan Senjata -->

Header Menu

Hizbullah dan Israel: Perang yang Membara di Gaza dan Lebanon & Harapan Gencatan Senjata

Jurnalkitaplus
Kamis, 28 November 2024



Sejak meletusnya perang di Gaza pada 7 Oktober 2023, konflik antara Israel dan Hamas meluas hingga melibatkan Hizbullah di Lebanon selatan. Hizbullah, yang didukung Iran, menyerang wilayah utara Israel sebagai bentuk solidaritas kepada Hamas. Serangan balasan Israel pun menghantam Lebanon selatan hampir setiap hari. Gempuran rudal dan serangan udara semakin memperuncing ketegangan, hingga korban jiwa di kedua belah pihak terus berjatuhan.


Hizbullah meningkatkan eskalasi dengan menembakkan ratusan rudal ke Israel, bahkan mencapai Tel Aviv, yang memaksa Israel membalas dengan serangan besar-besaran. Dalam salah satu operasi akhir September 2024, Israel berhasil menewaskan sejumlah petinggi Hizbullah, termasuk Pemimpin Sayyed Hassan Nasrallah. Konflik ini membuat ratusan ribu warga Lebanon mengungsi ke Suriah, memperparah krisis kemanusiaan di kawasan.


Upaya gencatan senjata mulai dirintis sejak Juni 2024, ketika Amerika Serikat mengirim utusan khusus ke Lebanon untuk meredakan ketegangan. Diplomasi semakin intensif pada sidang Majelis Umum PBB September 2024, dengan Presiden AS Joe Biden dan Presiden Perancis Emmanuel Macron memimpin diskusi. Perancis mengusulkan gencatan senjata selama 21 hari untuk membuka ruang negosiasi.


Iran turut menyuarakan dukungan kepada Lebanon, memperingatkan potensi bencana besar jika konflik tak segera dihentikan. Pemerintah Lebanon melalui Perdana Menteri Najib Makati dan Ketua Parlemen Nabih Berri menyambut proposal Perancis. Mereka mengupayakan gencatan senjata antara Israel dan Hizbullah tanpa mengaitkannya dengan konflik di Gaza.


Hizbullah pun mendukung langkah tersebut melalui pernyataan Wakil Pemimpinnya, Naim Qassem, pada 8 Oktober 2024. Namun, negosiasi dengan Israel berjalan alot. Perdana Menteri Benjamin Netanyahu menetapkan syarat bahwa gencatan senjata harus menjamin keamanan jangka panjang bagi Israel, termasuk hak militer untuk bertindak jika ada ancaman.


Fokus perundingan beralih pada penerapan Resolusi DK PBB 1701, yang disepakati sejak 2006. Resolusi ini mengharuskan Hizbullah menarik pasukannya sejauh 30 kilometer dari selatan Sungai Litani, sementara pasukan Israel harus mundur dari Lebanon selatan. Meski tantangan besar masih mengadang, harapan untuk meredakan konflik mulai terlihat. (FG12)

Kesehatan

powered by Surfing Waves