Hedonisme: Mencari Kesenangan dan Kebahagiaan dalam Kehidupan -->

Header Menu

Hedonisme: Mencari Kesenangan dan Kebahagiaan dalam Kehidupan

Jurnalkitaplus
Jumat, 29 November 2024


Salah satu pertanyaan mendalam yang sering diajukan dalam filsafat adalah: Apa yang sebenarnya menjadi tujuan akhir manusia? Berbagai aliran pemikiran telah mencoba untuk menjawabnya, dan salah satu yang cukup mencuri perhatian adalah hedonisme. Hedonisme, sebuah paham yang berasal dari bahasa Yunani hēdonismos yang berasal dari kata hēdonē yang berarti "kesenangan" atau "kepuasan", berfokus pada pencarian kesenangan sebagai tujuan utama hidup manusia. Menurut Oxford Advanced Learner’s Dictionary, hedonisme adalah keyakinan bahwa kesenangan harus menjadi tujuan utama dalam hidup. Paham ini menjelaskan bahwa yang baik bagi manusia adalah apa yang dapat memuaskan keinginan dan meningkatkan kuantitas kesenangan itu sendiri.


Dalam sejarahnya, terdapat beberapa aliran dalam hedonisme yang masing-masing menawarkan pandangannya tentang bagaimana kesenangan seharusnya dicari. Tiga aliran utama dalam hedonisme adalah Cyrenaics, Epikureanisme, dan Utilitarianisme. Aristippos, pendiri aliran Cyrenaic, berpendapat bahwa yang terbaik bagi manusia adalah kesenangan, karena manusia sejak kecil selalu mencari kesenangan, dan jika kesenangan itu tidak tercapai, mereka akan berusaha mencari hal lain yang bisa memberikan kepuasan. Aristippos menyamakan "yang baik" dengan kesenangan yang disebutnya hedone, dan ia berpendapat bahwa akal manusia harus digunakan untuk memaksimalkan kesenangan dan meminimalkan kesusahan. Menurutnya, hidup yang baik adalah kehidupan yang didasari oleh kerangka rasional tentang kenikmatan, dengan kesenangan sebagai hal yang aktual—terjadi di masa kini, bukan masa lalu atau masa depan.


Sementara itu, aliran Epikureanisme yang dipelopori oleh Epicurus menekankan pada perbedaan antara keinginan alami yang perlu dan yang tidak perlu. Keinginan yang perlu, seperti makan untuk bertahan hidup, harus dipuaskan dengan cara yang terbatas untuk mencapai kesenangan terbesar. Sebaliknya, keinginan yang tidak perlu, seperti keinginan akan kekayaan berlebihan, tidaklah diperlukan. Bagi Epikurus, tujuan hidup adalah mencapai ataraxia, yaitu ketenangan jiwa yang bebas dari kekhawatiran dan perasaan risau. Kaum Epikurean menganggap orang bijaksana sebagai seseorang yang mampu mengatur kenikmatan dan menghindari rasa sakit dengan bijaksana, serta membatasi kebutuhan untuk mencapai kepuasan jangka panjang dan ketenteraman jiwa.


Namun, konsep kesenangan dalam hedonisme tidak selalu sesuai dengan pandangan dalam agama-agama tertentu, seperti Islam. Dalam Islam, kesenangan seringkali dipandang sebagai hal yang bersifat materi dan sementara. Seperti yang disebutkan dalam QS. Al-Hadid [57:20] dan QS. Muhammad [47:148], kesenangan duniawi bersifat sementara dan tidak akan bertahan lama. 


اِعْلَمُوْٓا اَنَّمَا الْحَيٰوةُ الدُّنْيَا لَعِبٌ وَّلَهْوٌ وَّزِيْنَةٌ وَّتَفَاخُرٌۢ بَيْنَكُمْ وَتَكَاثُرٌ فِى الْاَمْوَالِ وَالْاَوْلَادِۗ كَمَثَلِ غَيْثٍ اَعْجَبَ الْكُفَّارَ نَبَاتُهٗ ثُمَّ يَهِيْجُ فَتَرٰىهُ مُصْفَرًّا ثُمَّ يَكُوْنُ حُطَامًاۗ وَفِى الْاٰخِرَةِ عَذَابٌ شَدِيْدٌۙ وَّمَغْفِرَةٌ مِّنَ اللّٰهِ وَرِضْوَانٌۗ وَمَا الْحَيٰوةُ الدُّنْيَآ اِلَّا مَتَاعُ الْغُرُوْرِ ۝٢٠


"Ketahuilah bahwa kehidupan dunia itu hanyalah permainan, kelengahan, perhiasan, dan saling bermegah-megahan di antara kamu serta berlomba-lomba dalam banyaknya harta dan anak keturunan. (Perumpamaannya adalah) seperti hujan yang tanamannya mengagumkan para petani, lalu mengering dan kamu lihat menguning, kemudian hancur. Di akhirat ada azab yang keras serta ampunan dari Allah dan keridaan-Nya. Kehidupan dunia (bagi orang-orang yang lengah) hanyalah kesenangan yang memperdaya." (QS. 57 : 20)


۞ لَا يُحِبُّ اللّٰهُ الْجَهْرَ بِالسُّوْۤءِ مِنَ الْقَوْلِ اِلَّا مَنْ ظُلِمَۗ وَكَانَ اللّٰهُ سَمِيْعًا عَلِيْمًا ۝١٤٨


"Allah tidak menyukai perkataan buruk (yang diucapkan) secara terus terang, kecuali oleh orang yang dizalimi. Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui." (QS. 47 : 148)


Sementara itu, kenikmatan yang lebih dalam dan bertahan lama berhubungan dengan kondisi ruhani, seperti yang diungkapkan dalam QS. Al-Mu’minun [23:71], di mana kenikmatan yang sejati datang dari penataan hati dan kedamaian jiwa. 


وَلَوِ اتَّبَعَ الْحَقُّ اَهْوَاۤءَهُمْ لَفَسَدَتِ السَّمٰوٰتُ وَالْاَرْضُ وَمَنْ فِيْهِنَّۗ بَلْ اَتَيْنٰهُمْ بِذِكْرِهِمْ فَهُمْ عَنْ ذِكْرِهِمْ مُّعْرِضُوْنَۗ ۝٧١


"Seandainya kebenaran itu menuruti keinginan mereka, niscaya binasalah langit dan bumi serta semua yang ada di dalamnya. Bahkan, Kami telah mendatangkan (Al-Qur’an sebagai) peringatan mereka, tetapi mereka berpaling dari peringatan itu." (QS. 23 : 71)


Kebahagiaan dalam Islam adalah sebuah keadaan keseluruhan yang berlangsung lama, lebih dari sekadar kenikmatan sesaat, sebagaimana dijelaskan dalam QS. Al-Fath [48:4].


هُوَ الَّذِيْٓ اَنْزَلَ السَّكِيْنَةَ فِيْ قُلُوْبِ الْمُؤْمِنِيْنَ لِيَزْدَادُوْٓا اِيْمَانًا مَّعَ اِيْمَانِهِمْۗ وَلِلّٰهِ جُنُوْدُ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِۗ وَكَانَ اللّٰهُ عَلِيْمًا حَكِيْمًاۙ ۝٤


"Dialah yang telah menurunkan ketenangan ke dalam hati orang-orang mukmin untuk menambah keimanan atas keimanan mereka (yang telah ada). Milik Allahlah bala tentara langit dan bumi dan Allah Maha Mengetahui lagi Mahabijaksana." (QS. 48 : 4)


Pada akhirnya, baik dalam pandangan hedonisme maupun dalam ajaran Islam, pencarian akan kesenangan, kenikmatan, dan kebahagiaan tetap menjadi tujuan hidup manusia. Namun, perbedaan pandangan ini menunjukkan betapa pentingnya memahami jenis kesenangan apa yang kita cari: apakah kesenangan materi yang sementara atau kenikmatan yang mendalam dan bertahan lama, serta bagaimana kita menyusun hidup untuk mencapai kebahagiaan yang sejati. (MF)

Kesehatan

powered by Surfing Waves