Relevansi Kartini di Masa Sekarang -->

Header Menu

Relevansi Kartini di Masa Sekarang

Jurnalkitaplus
Minggu, 21 April 2024

Hari ini, tanggal 21 April 2024, adalah momen penting yang menandai peringatan Hari Kartini di Indonesia. Namun, di tengah kehormatan terhadap sosok RA Kartini, kontroversi mengelilingi warisan dan kontribusinya. Meskipun Kartini dianggap sebagai pionir emansipasi wanita di Indonesia, sejumlah skeptis mengaitkan karyanya dengan politik kolonial Belanda pada era tersebut. Ragam dugaan timbul, termasuk tentang keaslian surat-surat yang diatribusikan padanya, dengan beberapa pihak mencurigai bahwa surat-surat tersebut direkayasa oleh J.H. Abendanon, seorang pejabat Belanda yang terlibat dalam politik etis. Meskipun kisah Kartini menginspirasi, masih ada pertanyaan tentang kebenaran naratif yang diwariskannya, serta pemilihan tanggal peringatan yang mengabaikan pahlawan perempuan lain yang juga memberikan kontribusi berharga bagi bangsa.

Pertanyaan-pertanyaan ini membawa kita pada refleksi yang lebih mendalam tentang sejarah dan identitas perempuan Indonesia, serta kompleksitas perjuangan mereka dalam konteks penjajahan dan pembebasan. Sementara Kartini dianggap sebagai lambang emansipasi, terdapat narasi alternatif yang menggarisbawahi peran pahlawan perempuan lain yang mungkin terlupakan dalam kisah nasional. Kisah-kisah seperti Cut Nyak Dhien, Laksamana Malahayati, Christina Martha Tiahahu, dan Dewi Sartika menyoroti dimensi yang berbeda dari perjuangan wanita Indonesia, yang sering kali lebih terhubung dengan perlawanan langsung terhadap penjajahan dan dampak nyata bagi masyarakat. Dalam pemeringatan Hari Kartini, penting untuk merenungkan berbagai perspektif ini dan mengakui kontribusi seluruh pahlawan perempuan dalam membangun bangsa yang lebih adil dan merdeka.

وَالْمُؤْمِنُونَ وَالْمُؤْمِنَاتُ بَعْضُهُمْ أَوْلِيَاءُ بَعْضٍ يَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ

“Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebahagian yang lain. Mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma’ruf, mencegah dari yang munkar” (QS. At Taubah: 71).

Perempuan memiliki peran dalam dakwah dan amar ma'ruf nahi munkar sesuai dengan kemampuan dan izin yang diberikan. Mereka dapat berdakwah di rumah bersama komunitas Muslimah, serta melalui kegiatan positif di lembaga-lembaga sosial kemasyarakatan. Selain itu, perempuan juga dapat berkontribusi sebagai relawan dan aktivis sosial kemanusiaan di lembaga sosial, memberdayakan masyarakat dan lingkungan sekitarnya. Aktivitas perempuan harus mendapat izin suami atau, jika belum menikah, izin dari orang tua atau mahramnya.


Tugas Perempuan sebagai Ibu

Sebagai ibu, perempuan memegang peran krusial dalam rumah tangga, bertindak sebagai pendidik, kesehatan, keuangan, dan manajer keluarga. Meskipun tugasnya berat, penting bagi ibu untuk menjaga keseimbangan fisik dan mental. Beberapa cara untuk melakukannya termasuk meluangkan waktu untuk diri sendiri (Me Time), menerima diri sendiri (Self Acceptance), mengelola waktu dengan baik, bersyukur, dan memberikan penghargaan pada diri sendiri (Self Reward). Melalui langkah-langkah ini, ibu dapat mengatasi kelelahan dan menjaga kesehatan serta kebahagiaan keluarga.

Kewajiban Istri terhadap suami 

Praktisi Pendidikan, aktivis sosial , Nur Zahra dalam tulisannya di Jurnalkitaplus Edisi 50 yang berjudul "Bukan Kartini, Perempuan Solihah adalah Kita", mengupas secara detil apa saja Kewajiban istri terhadap suami yang tidak hanya taat kepada suami, tetapi juga hal hal lain yang menjadi bagian tak terpisahkan sebagai sosok perempuan dalam kehidupan nyata menurut Ajaran Islam. Sehingga menjadi sumber inspirasi di Momentum Hari Kartini ternyata Pahlawan Perempuan yang Hebat itu ternyata "Kita - Perempuan Indonesia"

Dapatkan Majalah Jurnalkitaplus Edisi Terbarunya, Edisi 50 April 2024 Segera!


Kesehatan

powered by Surfing Waves